karena setiap lembarnya, mengalir berjuta cahaya...
karena setiap aksara membuka jendela dunia...
kata demi kata mengantarkan fantasi
habis sudah, habis sudah...
bait demi bait pemicu anestesi
hangus sudah, hangus sudah...
karena setiap abunya membangkitkan dendam yang reda...
karena setiap dendamnya menumbuhkan hasutan bakar...
(Efek Rumah Kaca - Jangan Bakar Buku)
Itulah sepenggal lirik dalam lagu Efek Rumah Kaca (ERK) yang berjudul "Jangan Bakar Buku". Lirik yang menceritakan bagaimana fungsi buku yang mempunyai aneka fungsi bagi manusia. Dari buku manusia bisa menemukan peradabannya serta teknologi dan ilmu pengetahuan. ERK menjelaskan secara melankolis bagaimana begitu berharganya sebuah buku. Dengan kata-kata khasnya, ERK secara jeli meramu kata-kata dalam lirik ini menjadi sebuah lagu yang berisi berbagai manfaat sebuah buku.
Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman.
Banyak yang mengatakan buku adalah jendela dunia. Betul sekali, buku
adalah jendela dunia. Dengan membuka buku berarti Anda membuka jendela
dunia. Anda bisa melihat keluar, sesuatu yang baru atau pemandangan yang
berbeda dengan apa yang ada di rumah kita. Yang dimaksud rumah adalah
pikiran kita saat ini. Sebagian orang mengatakan bahwa dengan membaca
sebuah buku berarti kita membuka cakrawala.
Membaca buku adalah kita menyelami dunia lain, yaitu sebuah dunia
yang ada di dalam pikiran orang lain. Sementara setiap orang memiliki
dunia masing-masing. Dengan membaca buku kita akan menyelami berbagai
dunia orang lain yang akan memberikan kita kebijaksanaan yang lebih
mendalam dalam menghadapi hidup.
Tidak ada, satu buku pun yang pernah ditulis di dunia yang tidak membawa
manfaat. Setiap buku akan membawa manfaat kepada kita jika kita mampu
menangkap makna dan hikmah. Jika kita masih kesulitan menangkap makna
dan hikmah dari suatu buku, berarti kita harus meningkatkan keterbukaan
pikiran kita. Hikmah dan makna sebuah buku tidak akan masuk ke dalam
pikiran yang tertutup.
Manfaat buku pun senada dengan isi Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi:
"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia"
Artinya pemerintah mendukung rakyatnya berfikir cerdas. Hal ini bisa dengan ditempuh dengan jalur pendidikan.
Betul sekali, dengan membaca buku kita memperoleh sesuatu yang baru dari dalam isi buku. Isi dari tulisan itu bisa berupa berbagai ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan atau sebagai pengetahuan baru bagi si pembacanya.
Tapi pernyataan diatas tidak sesuai dengan fakta yang ada di perpustakaan kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Dimana di perpustakaan ini memberlakukan peraturan baru yang terhitung sejak tanggal 1 Oktober 2013. Peraturan ini menurutku sebuah peraturan yang aneh dan rancu.
Perlu diketahui, diperpustakaan UPI memang terdapat lebih dari 300 buah loker, yang fungsinya untuk menyimpan barang-barang setiap pengunjung. Setiap loker mempunyai kuncinya masing-masing. Jadi setiap pengunjung yang datang akan diberikan kunci loker bila memasuki perpustakaan. Akan tetapi baru-baru ini pihak perpustakaan memberlakukan kebijakan yang dimana setiap pengunjung harus membawa kunci gembok masing-masing. Kunci gembok itu untuk mngunci loker bila pengunjung ingin masuk kedalam perpustakaan. Jadi, kunci asli loker yang semula, sekarang sudah tidak dipakai lagi.
Menurut petugas perpustakaan kebijakan ini diberlakukan karena ada beberapa pengunjung yang kehilangan barang bawaannya yang berapa didalam loker. Kok bisa ya? Menurut petugas, ini karena banyak kunci loker yang sama, artinya satu kunci bisa untuk membuka loker yang lain. Lah Kok? Selain itu banyak juga kunci loker yang hilang.
Hal ini menurutku bukan solusi, karena masalah seperti itu harusnya bisa ditanggapi dengan lebih bijak. Pendek sekali apabila langsung saja membuat kebijakan kepada mahasiswa untuk membawa gembok sendiri. Kalau pun ada kasus seperti kehilangan, kunci loker sama, atau kunci loker hilang, harusnya hal itu adalah tanggung jawab mahasiswa dan tanggung jawab petugas perpustakaan.
Tanggung jawab mahasiswa dalam menyimpan lebih hati-hati barang bawaannya dan pastikan loker sudah terkunci, dan apabila sengaja atau tidak sengaja kunci loker hilang, berlakukanlah denda, karena hal itu bisa menjadi peringatan dini untuk mahasiswa. Dan tanggung jawab petugas dengan adanya kasus seperti ini harusnya bisa lebih jeli dan waspada. Bisa kan kalau dipasang kamera CCTV di ruangan loker untuk mengawasi tindakan mahasiswa. Masa parkiran rektorat aja ada kamera CCTV tapi di perpustakaan sendiri yang dimana tempat yang penting bagi mahasiswa sedikit sekali jumlah kamera pengawasnya.
Hal ini tidak sejalan dengan program UPI sendiri yang bertemakan A Leading and Outstanding. Atau misi dari perpustakaan UPI sendiri yang berbunyi: "Memberdayakan potensi Sumber Daya dan Sumber Daya Manusia agar kiprahnya dapat mengakomodasi aspirasi dan memenuhi tuntutan masyarakat eduktif, ilmiah dan religus. Menggalang kerja sama seluas-luasnya melalui pemberdayaan jaringan. Menampilkan sesosok dan image perpustakaan yang resresentatif seutuhnya". Atau pun solusi yang lain mungkin dengan menambah jumlah petugas perpustakaan. Bukan memberikan kebijakan "gembok" yang seolah petugas angkat tangan dalam mengelola ruang loker. Saya tanya kepada petugas, apakah perpustakaan kekurangan karyawan? Mereka menjawab "Tidak". Tapi mengapa pihak perpustakaan tidak bisa memaksimalkan SDM yang mereka miliki?. Disini terlihat sisi lemah mental petugas perpustakaan dalam mengelola ruangan loker. Karena dimana perpustakaan adalah sebuah ruangan dimana kita bisa melihat dunia.
Dengan diberlakukannya kebijakan hal ini, saya lihat perpustakaan mengalami penurunan pengunjung yang terlampau drastis. Dimana sebelumnya mahasiswa rela mengantri untuk menerima giliran mendapatkan kunci loker, kini mereka harus rela pulang seolah diusir secara halus karena tidak mempunyai kunci gembok sendiri.
Pertanyaan dalam pikiran saya, Apakah perpustakaan tidak khawatir dengan menurunnya jumlah pengunjung? Karena hal ini pasti akan berpengaruh terhadap menurunnya minat baca kepada mahasiswa. Apalagi pengunjung perpustakaan UPI bukan hanya dari mahasiswa UPI saja, banyak juga yang berasal dari kalangan umum. Lalu disamping itu, apakah pihak kampus sendiri tidak takut kepada mahasiswanya yang sudah tidak lagi membaca buku? Kalau hal ini sampai terjadi, suram sudah masa depan mahasiswa UPI.
Memang perpustakaan UPI memiliki keistimewaan menurut saya, diantaranya ruangan luas, bahkan disana ada meseum sisa perjuangan kemerdekaan RI, tempatnya yang nyaman, koleksi bukunya pun lengkap, maksudnya lengkap dengan koleksi buku jaman duhulu, Hehehe. Tapi memang ada koleksi buku terbaru, letaknya di ruangan Reserve, sayangnya buku-buku disana tidak boleh dipinjamkan, Alasannya? Entahlah aku pun tidak tahu karena tidak pernah menanyakannya.
Adapun kebijakan yang patut saya apresiasi dari perpustakaan UPI yaitu, diberlakukannya jam malam pada hari rabu. Jadi, setiap hari rabu perpustakaan buka sampai pukul 21:00 WIB yang dimana dihari yang lain perpustakaan hanya buka sampai pukul 17:00 WIB.
Saya berharap kampus UPI tercinta ini betul-betul menjadi kampus yang hebat dan menjadi kebanggaan Indonesia melalui pusat sumber ilmu yang dimiliki.
Tulisan ini ditulis dengan damai bersama kopi dan beberapa batang rokok serta alunan dari band indie yang setia menemani. Meskipun nantinya pasti akan saya klik tombol stop untuk menyudahi mereka bernyanyi.
Mantap
BalasHapusSetuju :D
BalasHapusMa'af mau tanya.. untuk perpus upi. Mahasiswa luar upi. Boleh masuk ga ya?
BalasHapusTrimakasih