Minggu, 17 Maret 2013

Cerpen: Tertawa Dalam Gelap

Adzan Magrib berkumandang diseluruh kampung tempat tinggalku, dan itu pun pertanda kalau pertandingan sepak bola harus sudah diakhiri. Memang setiap hari aku dan teman-temanku senang sekali bermain bola dari sore hari hingga sampai matahari terbenam. Aku mempunyai teman yang bernama Adi, Dika, dan Fajar. Dan panggil aku Firli, nama yang diberikan oleh orang tua ku, dan mereka masih bersahabat hingga kini denganku.

"Habis Isya ya!!" Teriakku kepada mereka
"Ok, biasa...diteras rumahku" sambut Adi
"Sippppp!" serentak Dika dan Fajar menyambungnya

Bergegas ku pulang seperti mereka, karena hari semakin gelap dan bayangan pohon-pohon sudah tak terlihat lagi bayangannya. Rumah ku tak terlalu jauh dari lapangan sepak bola yang biasa ku datangi. Melepaskan lelah dengan mandi air hangat memang menyegarkan, nampak uap udara begitu mengepul dari wadah yang sebelumnya ku isi air panas. Sembari memejamkan mata dan tersenyum kecil aku berucap:

"Asyik nih, malem minggu...biarin cuma ngumpul-ngumpul juga, yang pasti seru" pikirku dalam hati

Dengan badan yang kembali bugar selepas mandi, ku lihat aktivitas biasa dirumah ku, adikku yang asyik dengan acara kartun setiap sorenya, Ibuku yang khusyu mengaji, dan seperti biasa Ayahku pulang telat mungkin banyak urusan diluar sana.


***

Malam pun datang beserta isinya yang gelap hanya rembulan pucat dan titik-titik hiasan yang rutin melengkapinya. Angin berhembus lembut yang nampak tak mempan untuk menerjang jaket yang biasa kupakai.
Berjalan melalui gang sempit yang disinari lampu kuning yang sinarnya terlihat malu dibalik sebuah tembok merupakan penerangan yang sudah biasa ku singgahi bila berjalan di kampungku. Rumah Adi memang tak jauh, berjalan 10 menit pun tiba.

"Assalamualaikum, Adiiiiiiiiii... Adiiiiiiiii" panggilku
"Waalaikumsalam..." Terdengar suara kecil nan merdu dari dalam
"Itu pasti adiknya" kataku dalam hati
"Adi ada?" (aku tanya sambil mencuri pandangan menoleh kedalam seisi rumah itu)
"Kakaakkkk.... Kakak, ada yang nyari nih" Adiknya berteriak

Adiknya perempuan sama seperti adikku, mereka seumuran kira-kira sekitar umur 13 tahun.


***
Kami berdua duduk diteras, menuggu Fajar dan Dika yang sepertinya berada dalam perjalanan. Obrolan dan candaan kecil mewarnai malam itu yang diiringi ringkikkan suara kawanan jangkrik dari kebun disamping rumah Adi. Tampak datang sosok anak lelaki, rambutnya agak gondrong dengan sebatang rokok diselipkan dijemarinya berjalan lambat dengan penuh kehati-hatian. Kian mendekat anak lelaki itu tersenyum sambil menghampiri kita.

"Hey Dik! Lama banget.." Tanya Adi
"Mandi dulu dong, bau kan tadi habis main bola" Jawab Dika
"Oyy!" (Teriak Fajar yang datang berlari bergegas merapat menuju teras rumah Adi)

Sambil mengopi bersama dan dengan ditemani beberapa batang rokok malam itu kegiatan kami hanya sekedar berkumpul bersama. Karena malam minggu, pengajian libur. Malam dihari biasa memang kami selalu pergi mengaji ke aula mesjid dengan Ustad muda sebagai guru ngaji kami. Terkenal sering bercanda dan dengan aturannya sewaktu mengaji yaitu "SerSan" (Serius Sapi Santai) membuat kami rajin mengaji.

Aku rasa malam ini sangat indah..
Langit cerah dan lengkap beserta isinya..
Hewan-hewan terdengar bernyanyi dengan suara merdunya..
Tak terlihat awan hitam pertanda hujan malam itu..

Daun bambu pun nampak berkilau..
Rimbun pohon pisang membayang..
Ku lihat segelas kopi..
Malam memang hal yang bukan menakutkan..
Ku syukuri anungerahNya..


"Bosen ya setiap malam minggu gini-gini aja" Kata Dika mengawali pembicaraan
"Ya gini deh kalau gak punya pacar, hahaha" Sambut Fajar sembari menghisap rokoknya
"Main kartu Domino yuk!" Ajak ku
"Bosennnnn!" Serempak mereka menjawab
"Ya trus ngapain? Lanjut ku
"Hmmmm, nyari belut kesawah yuk!" Ajak Adi
"Wah boleh, lumayan kan kalau nanti kita goreng pakai bumbu balado" Dika menyambung
"Setuju nih kalau nyari Belut?" Tanya Adi lagi
"Ok, setuju!" Kataku dan Fajar
"Ok! Mari kita semua pergi menuju sawah, hahaha" Adi tertawa


Persawahan memang tidak jauh dauh dari rumah Adi, makanya kalau malam hari pekarangannya seperti konser musik orkestra hewan-hewan malam yang bercampur dengan suasana langit bagaikan alunan simfoni alami yang indah memanjakan indera pendengaran.


***
Jalan menuju ke sawah memang tidak mudah, keadaan yang gelap sewaktu malam menyulitkan pandangan kami melewatinya hanya. Ketiga lelaki dengan tinggi yang sama berjalan didepanku seranya memanduku berjalan dibelakangnya. Cahaya senter yang dibawa Adi dan sebilah golok ditangan kanannya merupakan senjata kita berburu belut, sempat heran:

Kenapa mencari belut dengan golok? Biasanya kan dengan "urek" (Sebuah tali yang ujungnya diberi kail yang nantinya dimasukan kedalam lubang persembunyian belut)
Ah.. yasudahlah, mungkin ini trik baru, yang penting kan tangkapannya (Pikir ku)

Persawahan menghampar luar, tapi semua gelap dan hitam sedikit cahaya rembulan yang dapat memperlihatkan daun-daun padi yang berwarna hijau. Lembut suara air, nyanyian kodok-kodok dan jangkrik yang berada dari penjuru sawah membuat pikiran kami sedikit berimajinasi serasa kita sedang berada disuatu tempat yang antah berantah namun terbayang indah.

"Duh, mana nih lubang belutnya, dari tadi gak keliatan" Guram Adi
"Gelap coy, makanya gak keliatan" Sahut Dika
"Coba liat-liat, kasih tahu kalau nemu lubang belut!" Jawab Adi
"Disini gak ada, tadi disana juga gak ada susah nih dapat belut" Celoteh Fajar

Karena waktu sudah lumayan lama kita berada dipematang sawah, dan sepertinya kita tidak mendapatkan hasil yang seperti diharapkan, terlihat mereka bertiga sedang berdiskusi sembari mengayunkan golok kearah lumpur sawah yang gembur dan berair. Aku memang agak jauh dari mereka, karena tadinya kita memang berpencar untuk mencari lubang belut.

"Woyy! Udah dapet belum?" Teriakku
"Udah, lumayan ada enam nih, tambah lagi jangan?" Jawab Adi
"Iya dong, biar kenyang" Sahutku

Akhirnya kita mendapatkan hasil buruan malam ini, tapi aku tidak tahu seperti apa hasil buruan yang kita dapat. Samar-samar dan terlihat mengkilap didalam sebuah wadah sederhana akau berfikir banyak juga belut yang kita dapat.


***
Malam ini sepertinya hampir menuju tengah malam, karena udara yang semakin dingin terasa menemani kita berjalan pulang kerumah Adi untuk mengolah buruan yang kita dapat. Sunyi, sepi, hening jalan yang kita susuri dari sawah menambah aroma imajinasi kita semakin berfikir hal-hal yang diluar nalar.
Akhirnya kita sampai, Adi dan Dika bertugas mengolah buruan sedangkan aku dan Fajar pergi ke warung untuk membeli beberapa rokok, kopi, dan lain-lain untuk melengkapi menikmati setelah menyantap hidangan yang nati disajikan Adi dan Dika.

Sepertinya mereka berdua sangat intim di dapur bak cheff restoran yang sedang serius mengolah bahan makan dengan berbagai bumbu-bumbu racikan andalannya. Padahal yang meresa sajikan sederhana dengan bumbu yang alakadarnya, tetapi hal itu mereka kesampingkan agar sajian yang mereka buat terlihat menarik bila nanti dihidangkan, dasar ada-ada saja mereka berdua.
Sedangkan aku dan Fajar sibuk mencari warung yang buka pada waktu yang bisa dibilang sudah larut malam, untung saja ada sebuah warung milik seorang yang berasala dari Batak yang masih terlihat ramai dengan dagangannya bertanda warung itu masih buka.

"Bang beli bang, beli rokok sebungkus, dan kopinya dua" Dengan suara khasnya
"Rokok apa? Kopi susu apa kopi hitam?" Jawab si Abang
"Rokok biasa aja deh, kopinya kopi hitam, ya kan Fir?" Tanya Fajar
"Ia deh, biar mantap!" Jawabku

Perlahan aku dan Fajar kembali menuju rumah Adi. Kampung kami memang sudah terlihat sepi, memang tak banyak pemuda yang sering nongkrong di pinggir jalan atau didepan rumah, cuma beberapa saja yang terlihat masih ada yang beraktifitas, itu pun bapak-bapak yang sedang ngeronda sambil bermain Catur ditemani dengan riuh canda tawa mereka.

Beberapa langkah sebelum tiba di rumah Adi, tercium aroma sedap yang melewati indera penciumanku yang sontak membangkitkan rasa lapar yang memang sedang saya rasakan. Mungkin hal ini juga dirasakan Fajar yang terlihat mempercepat langkahnya yang ingin segera sampai.

"Asyikkkkk, udah jadinya makanannya" Ucap Fajar
"Yuk makan yuk" Sambung Dika

Hanya dalam hitungan menit masakan dengan hasil buruan yang kita dapat habis seketika. Aku tadi sempat ane melihat tekstur daging dari masakan tadi apalagi sewaktu Adi berkata "tulangnya jangan dimakan" lah.. kan belut mana ada tulang, kalau adapun cuma duri-duri kecil saja. Tapi ya sudahlah, terlanjur terlena karena nikmatnya tadi aku tak peduli belut macam apa yang aku makan.

***
Kembali ke teras dengan tikat, kopi, rokok kami seperti siaga menjaga malam. Meskipun udara memang semakin dingin tapi semua tak terasa karena kebersamaan kami menghangatkan udara sekitar. Mulai sebuah obrolan terlontar dari mulut Adi.

"Enak gak tadi masakannya Fir?" Adi bertanya padaku
"Enak, not bad lah" Pujiku
"Yoyoiiiiii secara cheff berpengalaman gitu" Sambung Dika
"Hahahaha Yaialah, daging Kodok gtu, lezatttt!" Sahut Fajar sambil tertawa
"Kodok?!!!" Tanyaku kembali
"Hahahaha iya Kodok!" Jawab Fajar
"Hahahahaha" Mereka semua tertawa
"Lah, Kodok kan dagingnya....." Sambungku
"Tenang, halal ko, kan itu Kodok sawah" Potong Adi
"Yakin?!" Tanyaku lagi
"Waallahhuallam....." Jawab Dika
"Nah, lo. .  tuh kan" Sahutku lagi
"Santai yang penting enak, udah masuk perut, dan emang gak haram ini juga, nikmati aja, hahahaha" Timbal Fajar
"Hahahahah yasudahlah nikmati saja" Jawabku

Sial! ternyata yang aku makan itu adalah daging Kodok sawah, memang saya tidak begitu memperhatikan hasil tangkapan sewaktu disawah, karena minimnya cahaya membuatku tidak begitu peduli.
Memang menurut Adi ini terpaksa, habisnya susah sekali mendapatkan belut sewaktu disawah tadi, makanya diganti Kodok sawah. Anehnya rasa daging kodok itu sangat enak serasa daging Ayam. Dan itu pertama kalinya aku memakan daging Kodok sawah.



Tengah malam pun tiba, selesai asyik bercanda dan udara semakin dingin rembulan tepat berada ditengah-tangah langit malam, beberapa hewan malam sepertinya sibuk beraktifitas kami pun memutuskan masuk dan memutuskan menginap di rumah Adi dengan beberapa acara favorit kami dilayar televisi beserta candaan tentang masakan daging Kodok mewarnai malam minggu kami yang mungkin ini sudah menjadi kebiasaan bagi kita.
Mereka terlihat lelah, dan tak lama terlelap memasuki alam mimpi yang siap mereka sambut karena malam ini memang melelahkan. Tapi pengalaman tadi akan masakan daging Kodok menjadi cerita baru yang tak bisa aku lupakan.




SEKIAN

Karya: Moch. Fikri. Faizillah
Email: ffaizillah@gmail.com



*nama tokoh diatas sengaja disamarkan

Selasa, 12 Maret 2013

Karya Seni Goresan Adolf Hitler


 Adolf Hitler seringkali berkata bahwa dia adalah mantan seniman "frustasi", sementara seni sendiri telah menjadi perhatian utama sepanjang hidupnya. Kemungkinan dia telah berhasil menjual beberapa ribu buah lukisan dan kartu pos selama masa tinggalnya di Wina, dimana beberapa diantaranya masih dapat kita jumpai kini. Hitler sendiri tidak pernah berkoar-koar bahwa dia adalah seorang pelukis berbakat. Lukisan-lukisan yang kebanyakan dibuatnya pada masa muda ini kemudian menjadi buruan para kolektor dari sejak zaman naiknya dia ke tampuk kekuasaan Jerman (yang kebanyakan dijadikan koleksi oleh para pemujanya). Bahkan sampai saat ini pun lukisan asli Hitler menjadi buruan utama para kolektor benda-benda seni.

 Bisa dibilang bahwa buku utama yang menceritakan secara detail Hitler dan lukisannya adalah karangan Frederic Spott yang berjudul "Hitler and the Power of Aesthetic". Kita kutip komentar Spott: "Sebenarnya Hitler mempunyai bakat artistik yang menonjol,setidaknya dalam hal menggambar sketsa bangunan. Hebatnya teknik-teknik menggambarnya dia pelajari secara otodidak tanpa ada seorangpun yang mengajari". 

 Seperti kebanyakan pelukis amatir lainnya,objek yang dia gambar mula-mula adalah bentuk pemandangan sederhana. Kemudian dia belajar menggunakan warna-warna cat air, dengan objek pertamanya adalah sebuah sekolah di Jerman Selatan dan juga pemandangan khas kartu pos, selayaknya pemandangan di daerah perkotaan yang memang menjadi tren saat itu. Saat itu Hitler 
menggantungkan hidupnya dari melukis kartu pos dan tempat-tempat terkenal di Jerman.



Castle Battlements

"No Title"

Ardoye in Flanders 1917

Bridge with Towers

Ruins of a Cloister in Messines 1914

Armored Car Attack

Shelter in Fournes

The Courtyard of the Old Residency in Munich 1914

Church Spire

Destroyed Bridge

Country Road

Destroyed Building With Archway

Destroyed Tank


Dan masih banyak lagi karya-karya seniman ini yang tak disangka akan menjadi seorang Diktator. Untuk hasil lengkapnya silahkan cek disini http://www.museumsyndicate.com/artist.php?artist=12

Sabtu, 09 Maret 2013

Aku adalah penikmat Sepakbola

Mungkin orang lain hanya melihat sepakbola adalah olahraga yang dimainkan oleh kedua kesebelasan didalam lapangan hijau yang bertujuan mencetak gol sebanyak-banyaknya dalam waktu normal 90 menit yang terdiri dari 2 babak. Perlu kita ketahui bersama bahwa sepakbola merupakan olahraga No 1 yang paling diminati oleh semua orang, baik muda, tua, laki-laki atau perempuan. Bahkan di Brazil dan di Argentina sepakbola sudah "menjelma" sebagai agama, begitu fanatiknya mereka terhadap sepakbola.

"Hidup ini seperti sepakbola: harus berstrategi, kerja sama, bekerja keras, siap kalah dan harus bangkit lagi." 
Seperi itulah perkataan yang saya kutip dari Ridwan Kamil salah satu tokoh masyarakat terkemuka di kota Bandung. Tapi memang ada benarnya juga dari perkataan tadi, dalam hidup ini kita harus mempersiapkan diri dengan matang untuk menghadapi situasi dan kondisi yang tidak terkira serta kita adalah makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup sendiri maka dari itu kita harus bersosialisasi dengan manusia dan lingkungannya. Dan bila kita berada dalam keadaan terpuruk kita harus siap menerima resiko apapun itu dan bangkit untuk bisa berdiri lalu berlari. Pengalaman saya dalam dunia sepakbola hanyalah sebatas kuku, saya bukan ahli dalam analisis pertandingan, yang jelas saya adalah penikmat hiburan yang digandrungi oleh masyarakat banyak ini.

Sudah sering saya menyaksikan pertandingan sepakbola, melalui televisi atau datang langsung ke stadion. Banyak nilai-nilai positif sewaktu saya menyaksikan pertandingan ini secara langsung dengan datang ke stadion. Ilmu disiplin pun kerap saya temukan, sebagai contoh kita harus membeli tiket dengan tertib dan bersabar menunggu antrian, ya meskipun tidak sedikit masih banyak suporter yang belum dewasa menyakapi ini, ini tergantung pada orangnya.

Lalu saat berada didalam stadion anda akan merasakan hal yang sangat luar biasa. Ribuan bahkan puluhan ribu orang didalam stadion yang didalamnya berisi orang-orang yang tidak saya kenal duduk bersama didalam tribun tetapi semua seperti saudara ketika memakai atribut yang sama, ini tergantung pada orangnya. Semua penonton bersorak, mendukung tim kebanggaannya didalam stadion, atmosfir didalam stadion berubah seketika sampai bulu kuduk saya berdiri ketika pertandingan akan dimulai. Kekompakan tim sepakbola ditambah tac-tic dan strategi dari pelatih menjadikan pemandangan yang indah dilihat serta disisi lain terdengar dukungan serempak dari orang-orang yang berada dalam stadion untuk mendukung tim nya yang sedang bertanding. Sebagian orang beranggapan sepakbola merupakan hal yang simple, tapi dalam prakteknya tidak se-simple mereka kira. Memberi dukungan kepada tim yang sedang bertanding memperlihatkan kepada kita sebuah nilai bahwa kita sebagai manusia harus saling mendukung untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Meskipun terkadang tujuan atau hasil yang kita dapat tidak seperti yang kita harapkan. Timbul rasa bahagia ketika tim kebanggaan dapat meraih kemenangan dan tidak jarang juga kita harus mengalami kekecewaan sewaktu tim mengalami kekalahan, tetapi hal itu harus memang kita terima kita harus sportif menyikapi hal itu.

Tapi masih banyak stigma negatif dari orang lain terhadap sepakbola, apalagi mengenai supoternya. Miris sekali saya mendengar ucapan tersebut. Suporter yang  cenderung rusuh, memberikan pandangan "menyeramkan" bagi sebagian kalangan, ini tergantung pada orangnya. Suporter adalah orang yang memberikan dukungan di lingkungan sepakbola yang dilandasi rasa cinta dan fanatisme terhadap tim (Suryanto 1996). Bahwa tidak sedikit suporter sepakbola yang bersikap sopan, baik hati, saling menghargai, dan sebagainya. Ambilah nilai positif dalam sepakbola lalu kita sebarkan virus itu, agar semua orang mengerti dan tentang nilai-nilai yang tekandung dalam sepakbola. Hilangkan stigma negatif tentang perilaku urakan suporter sepakbola, mari kita kawal bersama menjungjung tinggi sikap dewasa selaku penikmat sepakbola.

Jumat, 08 Maret 2013

2958 MDPL

Kalau seorang pendaki gunung membaca judul diatas, maka bisa langsung menebak bahwa angka diatas adalah ketinggian puncak gunung. Lebih tepatnya adalah puncak dari Puncak Gede yang berada di Taman Nasional Gede Pangrango yang terletak diantara 3 kota (Sukabumi, Cianjur, dan Bogor).

Ini adalah salah satu pengalaman yang tidak bisa saya lupakan. Mendaki gunung memang bukan hal baru bagi saya, tapi dengan orang-orang baru yang memberi saya pengalaman baru, tantangan, serta masih banyak lagi hal-hal yang hebat dalam petualangan ini. Disini saya tak akan banyak menjelaskan, biarkan semua foto yang akan membuka semua petualangan ini.

Perjalanan ini siap dimulai. Semua perlengkapan sudah dipacking kedalam tas besar khas untuk mendaki gunung. Terima kasih kepada Ucok (belakang) dan Ria (depan) yang sudah membantu kami, sayang sekali kalian tidak bisa ikut.

Lalu kami semua bergegas pergi menuju Cibodas, disana ada rumah temanku Ahmad yang sebelumnya kita semua sudah kita hubungi. Rencananya kami akan menginap semua disana, karena jalur pendakian dimulai dari jalur Cibodas.

Ahmad (depan) pemilik rumah yang rela dan sudi menampung lalu direpotkan oleh kami.

Foto memperlihatkan keadaan jalan yang kami lalui begitu jelek, banyak lubang dan permukaan yang tidak rata. Apalagi waktu itu jalan yang kami lalui sehabis hujan turun, terlihat bekas jalan tergerus hujan

Kali ini perjalanan mulai dilalui dengan berjalan kaki. Wuhuuuuuuuuuuuu. .  Semua sangat bersemangat!

Medan pendakian slow rock kata si Novan. Tapi kalau kita sih medannya Hardcore, Grindcore, Blackmetal, hahaha. Kadang juga dalam perjalanan kita bertemu dengan pendaki lain dan saling bertegur sapa.

Setelah berjalan selama kurang lebih selama 5 jam yang sangat melelahkan tentunya dan melalui beberapa pos. Kita sampai di tempat yang bernama alun-alun Suryakencana. Hamparan padang bunga Edelweiss yang sangat luas dimana-mana memanjakan mata kami para petualang kelas Beginner. Beristirahat serta mengabadikan pemandangan ciptaan yang Maha Kuasa ini.

Setelah mendirikan tenda, kegiatan kami malam itu hanya makan dan bersantai-santai karena lelah tadi berjalan. Memang hiburan malam itu hanya mengobrol dan bercerita tentang hal lucu saja.

Paginya, sekitar pulu 06:00 sesudah subuh kita shalat terlebih dahulu tentunya semua mempersiapkan sarapan guna untuk menambah energi bagi badan kita karena perjalanan ini akan dilanjutkan menuju puncak.


Seperti inilah track yang kita lalui menuju puncak. Cukup ditempuh dengan berjalan kaki selama 1 jam perjalanan.

Indahnya, padahal ini baru 90% menujju puncak. Nah, disana ada tenda kita kecil sekali dari atas sini (yang warna kuning dan biru)

2958 MDPL! Sayang sekali kami tidak sempat mengambil gambar kawahnya, karena saat itu cuaca sedang mendung dan tertutup kabut.

Kembali kedalam tenda, sore itu kita habiskan waktu dengan bermain kartu gapleh. Eh. . kebetulan ada si Adit yang berulang tahun, perayaan sederhana tapi spesial karena dirayakan di Suryakencana.  "Selamat ulang tahun Adit!"

Pagi harinya cuaca sangat cerah, pemandangannya begitu indah dan udara dingin dan segar melengkapi kepulangan kita pada hari itu. Memang semalam terjadi hujan yang disertai angin kencang.


Suasana sebelum pulang. Lihatlah, begitu banyak bawaan yang kami bawa, semua bersiap membereskan peralatan dan tidak lupa menyantap sarapan untuk memberikan asupan gizi dalam perjalanan pulang nanti

Jreeeeenggg! Semuanya ada dalam gambar ini (Nida, Dhika, Novan, Ahmad Dhali, Adit, Sheni, dan saya sendiri) keren bukan dengan lukisan padang Edelweiss dan puncak 2958 MDPL dibelakangnya.

Sedikit pamer dengan teknik ini. Lihat saja deh sendiri.

Pemandangan ini adalah pemandangan terakhir dari Suryakencana hari itu. Langit yang biru, burung-burung bernyanyi, angin yang sejuk, indah sekali.
Perjalanan pulang seperti biasa banyak sekali cerita dan hal-hal menarik, seperti turunnya hujan yang sedikit menghambat perjalanan kami dan terpelesetnya si Ahmad yang menyebabkan kakinya sedikit terkilir yang sebelumnya saya tertawakan dia sewaktu terpeleset sebelum ku bantu dia untuk berdiri, hahahha
Istimewa sekali bersama kawan bisa mendaki gunung bersama. Terima kasih kawan-kawan, terima kasih alam semesta dan terima kasih Allah SWT yang telah memberikan kita semangat, kesehatan, dan keselamatan saat pergi ataupun saat pulang. 2958 MDPL memang tidak terlalu tinggi seperti puncak-puncak yang lain, tapi disini lah kami merasakan kebersamaan. Semoga di lain waktu saya bisa menjajaki dan meninggalkan jejak dipuncak-puncak lain di Nusantara yang begitu indah ini.

*foto-foto diatas diambil menggunakan camera digital yg bermerk Samsung milik si Dhika

Lengkah Maddah

Lengkah Maddah adalah sebuah acara ajakan petualangan kecil yang diadakan oleh Sarasvati. Sarasvati sendiri adalah sebuah band indie asal Bandung yang digawangi oleh Risa Saraswati, dia terkenal karena memiliki kelebihan indera ke enam maka sejak kecil dia dikenal sebagai seorang Indigo. Lagu-lagu yang ditulis oleh Risa Sendiri tidak jauh dari hal-hal yang berbau mistis dan seputar mengenai teman-teman gaibnya yaitu Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen. Serta menceritakan pengalaman yang dialami oleh Risa sendiri.

Lengkah Maddah diadakan pada tanggal 7 Maret 2012 tepat pada malam jumat. Acara ini khusus untuk dewasa (18+) dengan persyaratan memiliki KTP/SIM dan kuota kurang lebih 150 orang. Setelah daftar dan saya bersyukur lolos tahap pendaftaran untuk mengikuti acara ini.

Saya dan teman saya Akew pergi bersama, kebetulan dia mengikuti acara ini seperti saya. Kami berangkat dari Setiabudhi pukul 18:00 sore sedangkan acara itu sendiri dimulai pada pukul 18:30. Hampir sudah mau sampai tujuan yang letaknya di belakang Gedung Sate hujan deras mewarnai petualangan kecil saya hari itu. Sudah banyak orang berkumpul disana untuk melakukan registasi ulang, saya dan Akew hanya diam saja karena tidak tahu tentang acara ini, jujur saya ikut pun karena iseng-iseng saja dan ingin menambah pengalaman.

Sesudah registasi ulang, dan semua peserta dijadikan beberapa kelompok. Saya sendiri berada di kelompok Norma dengan tanda pita warna putih  yang berjumlah 7 orang ( 5 laki-laki dan 2 perempuan) sedangkan Akew entah dia dikelompok apa dan dengan siapa. Singkatnya kami pun berkenalan meskipun sesudahnya saya lupa dengan nama-nama mereka. Dikumpulkanlah semua peserta di lapangan Gasibu yang sebelumnya berjalan melelui halaman Gedung Sate. Gedung Sate terlihat gagah malam itu dengan pencahayaan yang tepat, keadaan sesudah hujan ini baru pertama saya masuk ke halaman Gedung Sate pengalaman yang langka menurut saya.

Pukul 20:00 malam panitia memberikan sedikit arahan sebelum acara dimulai. Tak lama setelah itu semua kelompok beri sebuah petunjuk dan memasuki sebuah Jeep tanda acara dimulai. Kelompok saya yang bernama kelompok Norma itu melakukan perjalanan pertama ke sebuah rumah tua yang berada di Jl. Jawa. Tibalah disana, secara garis besar petujuk itu menyuruh kita untuk "menghabiskan kue". Masuklah kita, terlihat semua kelompok saya ketakutan termasuk ketua kelompok saya yang bernama Kemal. Karena suasanya seperti berada kembali ke tahun 80an, gelap, terdengar musik klasik, dan dekoran khas sebuah keluarga Belanda. Dipandu oleh panitia yang sudah ber make up mirip seperti nenek-nenek dan Noni Belanda menambah semakin mencekam suasana di rumah itu. Semua teman-teman saya hanya diam dan sangat takut tapi saya memang tak merasa takut saat itu, kita dibawa ke sebuah meja makan keluarga yang besar dan diatasnya banyak makanan yang diatasnya ditaburi oleh cacing-cacing kecil. Saya pertama kali duduk, lalu Noni itu pun memberi saya kue yang nampaknya harus dimakan. Setelah dengan teliti dilihat baik-baik kalau kue itu aman langsung saya memakannya tanpa ragu karena memang menurut clue nya pun harus "menghabiskan kue" lalu cara ini diikuti oleh teman-teman saya yang lain. Setelah kue habis, saya di persilahkan untuk pergi dari rumah itu, lalu diberi clue selanjutnya untuk melanjutkan petualangan kecil ini. Ingat! itu kuenya gak enak loh, bikin eneg.

Petunjuknya yaitu kita harus pergi ke sebuah hutan kota, ya ke Babakan Siliwangi kemana lagi. Menyuruh kami untuk mencari sebuah "mainan sebanyak 10 biji". Sempat berunding dengan teman-teman yang lain lalu ternyata mainan itu pun adalah sebuah kelereng. Sempat kebingungan tapi untunglah kelereng itu mudah ditemukan yang berada ditengah jalan setapak yang kita lalui di hutan kota itu. Semua kelereng berhasil ditemukan, akan tetapi karena petunjuk tidak terlalu jelas kami sempat bingung untuk mencari jalan pulangnya lewat mana. Akhirnya kita harus pergi mengelilingi lewat Sabuga untuk keluar dan menemui mobil Jeep yang setia mengantarkan kami untuk melanjutkan petualangan ini ke tempat-tempat yang tidak kami sangka.

Perjalanan selanjutnya mengantarkan kami harus mengunjungi sebuah sekolah yang sudah ada sejak jaman Belanda. Lagi-lagi ini membuat kelompok kami bingung antara SMA 3 atau 5. Lalu diambilah sebuah keputusan dengan SMA 5 sebagai pilihan. SMA 5 Bandung memang sudah ada sejak jaman Belanda. Setelah Indonesia merdeka sekolah itu diambil alih dan dijadikan sekolah SMA Negeri milik pemerintah. Konon disana terdapat sebuah ruangan yang setiap malam jendelanya harus selalu dibuka, dan juga terkenal dengan penunggunya yang bernama Nancy. Clue yang kami dapat memberikan sebuah petunjuk yang diharuskan kami memasuki sebuah ruangan. Inilah bagian yang paling menegangkan menurut saya, setelah memasuki sekolah dan pintu utama ditutup, kita serasa berada disebuah masa lalu yang penuh dengan hawa menakutkan. Menaiki tangga secara perlahan  disambut dengan orang-orang Belanda yang berpenampilan mengerikan dengan luka, darah diseluruh badan yang sedang menari-nari dengan irama khas dari Belanda itu. Semua ketakutan, kecuali saya. Saya memang tak pernah takut dengan hal-hal seperti ini. Karena saya beranggapan hal ini semua telah di setting, hanya saja kita harus melaluinya secara alami. Suasananya memang seram, tak terbayang ketika si Kemal, ketua kelompok kami menarik erat jaket saya da bilang "A. . aa. .  Sok mangga dipayun a" Saya hanya bisa tertawa saja "hahahaha. .  Siap". Kita masuk ke ruangan tersebut, tiba-tiba ada sebuah suara benda jatuh "brugg. . brug. . brug!!" ternyata itu adalah boneka dengan potongan tubuh yang terpisah dan kita bertugas harus "menyatukannya kembali".  Dalam keadaan menegangkan dan ditakut-takuti oleh tokoh orang Belanda yang mengerikan kami pun tetap fokus dengan tugas ditunjukan oleh clue itu.

Selesai di SMA 5, disaat kita kembali menaiki Jeep dan bergegas melanjutkan ke sebuah tempat yang bernama "Pandu". Pandu adalah sebuah komplek kuburan kuno yang sudah ada sejak jaman Belanda dan memang isinya kuburan kuno yang isinya orang-orang Cina, Belanda, dan masyarakat yang beragama Kristen. 

Ada saja hal lucu selama perjalanan, mungkin entah tegang atau lapar, haus. Beberapa anggota kami  meminta ingin membuang air kecil dan berbelanja di sebuah toko di dekat Jl. Aceh. Inilah Pandu, komplek kuburan itu dengan clue selanjutnya adalah "mengunjungi kuburan Belanda" kita berjalan dalam suasana gelap hanya cahaya dari lampu HP yang membawa kita mencari kuburan itu. Semua melirik ke segala penjuru terlihat ada sumber cahaya lilin disebuah sudut. Memberikan sebuah bungan dan diberikanlah sebuah gambar untuk menuju ke kekuburan lainnya sampai akhirnya semua tugas selesai. Karena waktu sudah menunjukan pukul 23:30 malam, maka panitia menyuruh kita agar langsung menuju Gedung Seni Rumentang Siang. Sebetulnya masih ada tempat yang harus dikunjungi lagi, yaitu Taman Maluku dan Rumentang Siang. Tapi karena sudah terlalu malam panitia memutuskan untuk langsung menujung Rumentang Siang pertanda petualangan kecil ini selesai.

Akhirnya semua lelah terbayarkan dengan berbagai suguhan yang disediakan panitia seperti Bajigur, Sekoteng, Gorengan dan lain-lain. Sudah pukul 24:00 malam tepat tengah malam semua peserta memasuki ruangan yang sepertinya ini akan menjadi puncak dari acara Lengkah Maddah ini.
Tak lama sebuah lampu menyorot panggung dan band Sarasvasi menyanyikan lagu pembuka, tapi saya tidak tahu judulnya, maklum saya memang bukan fans berat mereka.



Sesekali bercerita melalui sebuah surat yang dibacakan oleh Risa dan personel yang lain untuk mencairkan suasana  dan tak lupa mereka menyapa Sarasvamily (nama fans dari Sarasvati) kita para peserta Lengkah Maddah yang memang lelah pada malam itu. Tapi semua terbayarkan dengan penampilan dari Sarasvati yang memukau menghibur kami dengan lagu-lagu nya serta konsep yang tidak pernah kami bayangkan dan dengan datangnya bintang tamu seperti Arina (Mocca) dan Tulus yang berduet dengan Sarasvati benar-benar memberikan penampilan yang berbeda. Secret Gigg ini memang sangat spesial menurut kami karena hanya 150 orang yang menyaksikannya serta konsep yang berbeda yang ditampilkan Sarasvati dikonser-konser sebelumnya membuat kami terpesona dan  memberikan standing applause diakhir acara. Malam itu Sarasvati tampil sekitar 2 jam dengan menyayikan sekitar 10 lagu kalau tidak salah. Semua peserta nampak bahagia saat keluar dari Rumentang Siang yang berada disamping Pasar Kosambi saling bertukar pengalaman dengan kelompok lain selagi menuju Jeep untuk kembali ke belakang Gedung Sate bertanda acara ini telah usai.

Ini adalah pengalaman pertama saya berpetualang dimalam hari dengan mengunjungi tempat-tempat yang banyak orang dibilang angker. Dan diakhiri dengan penampilan Sarasvati yang sangat spesial malam itu. Yang saya tahu hanya lagu "Cut and Paste" saja yang kebetulan dibawakan oleh pianis Sarasvati saat di Rumentang Siang.

Ah.... sudah sampai kita di belakang Gedung Sate, semua menyampaikan salam perpisahan yang diawali pertemuan yang sangat singkat. Saya pulang dengan Akew dijalan kita saling bertukar cerita sepanjang perjalanan pulang. Terima kasih Lengkah Maddah, Sarasvati, Kelompok Norma ( Kemal, Chandra, Irfan, Bayu, Adisti, Sinta, dan saya sendiri You are awesome!)

photo by: @sarasvatimusic